Seperti biasa, di pagi hari nan cerah sebelum berangkat sekolah aku menyapu teras rumahku. Pesan ibu tercinta, yang terpenting teras dulu yang bersih, sempat tidak sempat menyapu rumah pokoknya teras harus bersih. Alasan ibuku, kalau terasnya bersih orang yang lewat akan berpikir rumah itu bersih walaupun sebenarnya di dalam rumah masih kotor. Bagiku ini aksi penipuan publik sih.
Ku ayunkan sapuku. Pelan-pelan kusisihkan debu dan kotoran yang ada. Dalam hati bergumam sepertinya ada yang salah. Sampai selesai menyapu belum ku temukan apa yang salah itu. Sembari melangkahkan kakiku masuk ke dalam rumah, otakku terus berpikir. Karena tak ku temukan jawabannya, aku penasaran dan menghentikan langkahku, putar badan kembali ke teras. Ku pandangi teras lamat-lamat, benakku terus mengingat-ingat. Tak lama kemudian, AHAAA!! ternyata eh ternyata sandal kesayangannku tak ada di tempat. Biasanya tersandar rapi di sudut teras. Pagi nan cerah berubah menjadi berawan kelabu bagiku. Sandal itu sandal favorit (baca: Selalu dipakai kemana-mana). Mau hujan mau badai, mau ke pasar bahkan kondangan ya sandal itu yang kupakai. Ada perih yang kurasa, ada dongkol yang bersemayam di jiwa. Kesal, mengapa harus sandal itu yang hilang. Ku ingat dulu, sandal itu ku beli di toko yang sedang obral barang-barang lama yang tidak terjual. Harganya miring, bahkan bisa dibilang sangat miring. Kualitasnya bagus, karena pada dasarnya termasuk salah satu produk merek terkenal. Pertama kali lihat langsung suka. Warnanya netral. Jadi mau pakai baju warna apa saja akan cocok. Desainnya elegan dan nyaman dipakai. Tak rela jika harus kehilangan sandal itu. Oh, sandal favoritku. Siapa yang berani-beraninya mengambil 'dirimu'. Dengan wajah gulana ku tetap bergegas bersiap-siap ke sekolah. Ingin kutenggelamkan rasa sedih itu mengingat waktu yang mulai siang. Namun, tetap saja dalam hati masih 'ngedumel', sandalku, sandalku, oh oh sandalku, SANDALKU DIAMBIL ORANG!!!!.
![]() |
Aku Ikhlas kok Sandal favoritku hilang :) |
![]() |
Dan aku benar-benar bersyukur, untung hanya sandal yang hilang :) |
Semua siap, ku patut diriku di depan cermin. Rapinya penampilan hari ini tak serapi hatiku. Hatiku kacau berantakan gara-gara hilangnya sandal favoritku. Lama kupandang bayangan wajahku di dalam cermin. Ingin tersenyum namun sungging simpul itu berat ku rasa. Mataku bertemu bintik dengan mataku di bayangan semu di cermin. Detik demi detik kuhabiskan hanya untuk itu. Tiba-tiba, bak kilatan petir di siang bolong, hati
ini tergoyah. Bagaikan semburan magma gunung berapi, hati ini meronta.
Bibir ini bergetar dan berucap, ASTAGHFIRULLAH!!!! Baru juga sandal yang
hilang sudah sebegitunya. Nah, bagaimana kalau yang hilang bukan hanya
sekedar sandal. Dalam diam, masih kulihat mataku di cermin, bagaimana
kalau penglihatanku yang hilang. Indahnya warna-warni dunia mungkin tak
kan kurasa lagi. Ku larikan pandangan ke kedua tanganku, bagaimana kalau
tiba-tiba tangan ini tidak ada. Bukankan akan sulit menjalain hidup
ini. Ku layangkan ingatanku tentang ayah ibuku, bagaimana kalau mereka
pergi meninggalkan ku. Belumlah siap aku ditinggal mereka. Ku pegang
dadaku, kurasakan detak jantungku bagaimana kalau jantung ini tiba-tiba
berhenti. Mungkin saat itu pula nyawaku pun tiada. Saat itu pula aku
bersyukur. Diri ini tersadar, semua yang dari Allah, pasti akan kembali
kepada Allah. Runtutan ceritanya kusimpulkan begini, aku beli sandal
uangnya dari rezeki yang Allah limpahkan padaku. Nah, kalau sandalnya
hilang, pada hakikatnya kembali kepada Allah. Lah Wong, Allah yang kasih rezeki. Intinya, aku harus ikhlas. Kehilangan sandal memang perkara kecil. Namun dari yang kecil inilah aku mengukur kadar ikhlasku. Karena kehilangan aku belajar ikhlas. Akupun bersyukur, untung cuma sandal yang hilang, berpikir ulang, bagaimana kalau kakinya yang hilang, kan kasihan sandalnya tidak ada yang pakai (becanda ding...), maksudnya, lagi-lagi, kan sulit membayangkan diri ini tanpa kedua kaki. Hikmahnya Kehilangan itu membuatku belajar ikhlas. Saat ikhlas aku pun bersyukur. So, Ikhlas itu berbanding lurus dengan rasa syukur. Terima kasih ya Allah hanya sandalku yang hilang. Dan, dalam hati juga kuselipkan doa semoga sandal ku yang hilang benar-benar bermanfaat untuk orang yang mengambilnya dan orang tersebut diberi hidayah untuk segera bertobat. Dan satu lagi, semoga Allah mengganti sandalku yang hilang dengan sandal yang lebih bagus lagi (hehehe...).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar